Inilah hasil dari mampir ke Hammersonic. Sabtu 28 April 2012. Lapangan D Senayan. Benar-benar Dirty dan Rotten. Pagi harinya ketika gue merendam Tshirt ini, pembokat di rumah langsung menggabungkan Tshirt kesayangan gue dengan kain pel!!! Untung sempat terselamatkan. Sebelum gue teruskan cerita ini, gue mau Flashback sebentar.
Yoi…Anthrax!
Penantian 23 tahun terbayar sudah. Anthrax salah satu band papan atas untuk urusan Thrash Metal datang ke Jakarta. Main di Ancol 31 Maret 2012. Dengan sound yang mumpuni. Yang awalnya gue cuma niat nonton anteng, tapi ketika Caught In The Mosh di mainkan gue terjun ke mosh pit juga. Dan meledak ketika lagu Indian di mainkan, akhirnya setiap 2 lagu berselang terjadilah itu pusaran Wardance. Dan kita harus ikut circle pit untuk survive. Gue gak mau cerita banyak di sini. Yang pasti setelah Anthrax menyelesaikan encorenya, dan lampu di terangkan. Gue jadi agak sentimentil bersama beberapa kawan lama. Kita berpelukan. Agak norak memang. Tapi entah mengapa itu terjadi. Dan yang keluar dari mulut gue selalu….”akhirnya kita nonton yang ori friend!” Yoa secara puluhan tahun gue dan kawan-kawan lama hanya menyaksikan kw super Anthrax….yaitu ROXX. Tidak mengherankan jika malam itu kita larut dalam Euphoria.
Perjalanan meremajakan diri berikutnya adalah Dirty Rotten Imbeciles alias D.R.I
Hammersonic
Gue udah memprediksi sound yang akan di hasilkan D.R.I. Makanya gue hanya datang untuk D.R.I. Karena secara band nomer sekian dari kavling Thrash Metal/Crossover mereka pasti datang dengan sound alakadarnya. Gue gak mau sound band lain yang gue tonton memupuskan euphoria penantian 23 tahun gue malam itu.
Singkat kata gue udah di depan panggung Hammersonic. D.R.I setting alat. Ehm tanpa crew! Gitar bunyi sedikit mereka langsung memainkan Who Am I? Samasekali gak nendang. Lalu gue maju ke baris terdepan. Walau samar lama kelamaan soundnya beradaptasi juga di kuping dan gue pun larut dalam suasana. Paling tidak jauh lebih baik dari sound Misfits.
D.R.I hampir memainkan semua nomer favorit gue. Dari Dirty Rotten Lp, Dealing With It (ini yang paling penting), Crossover, 4 of a kind, Thrash Zone, Deffinition pun di babat. Entah apa mereka memainkan lagu dari album Full Speed Ahead atau tidak (gue kurang familiar dengan album ini). Gue lebih berasa nonton band HC/Punk ketimbang band Crossover Thrash. Mungkin karena soundnya busuk sekali. Andaikata soundnya sekeren Anthrax entah jadi apa crowd malam itu 🙂
Tapi itulah kehebatan nostalgia. Sound busuk bukan masalah. Semua bisa di akali. Penantian 23 tahun membuat semuanya jadi keren. Yang penting bisa larut, sedikit singalong, dan banyak moshing, slamming, dan circle pit hahaha…
Reuni dengan kawan lama jaman SMA, Kuliah dan Poster Cafe juga patut di tulis.
Malam itu gue berasa seperti anak SMA lagi. Tinggal nunggu SUICIDAL TENDENCIES mampir Jakarta. Maka gue sah di baptis kembali menjadi anak umur 15 tahun lagi hahahaha.
Sepulangnya ke rumah gue rendem kaos gue. Mandi dan keramas. Tanah merah lapangan D Senayan bikin badan kasat dan dekil. Full Dirty dan Rotten.
Siangnya ketika gue bangun, gue mendapati kaos kbanggaan gue sudah bergabung dengan kain pel di pelataran belakang rumah. Akhirnya gue meminta pembokat gue untuk merendam ulang kaos ini. Lo tau apa yang dia katakan
“Wah maaf mas saya kira kaos ini udah mau di jadikan kain Pel (dengan logat jawa tengah khasnya)”
Die gak tau apa, kaos ini udah di baptis sama Kurt Brecht 😛
Booking Contact: 0815 89 86 915
Morfem CD and Merchandise click SHOP
Official Blog: http://morfemband.wordpress.com/
Twitter: @morfem_band
Morfem Use:
Radix Guitars
Crooz Apparel
Morfem 2nd album recorded at: ALMOS a small recording studio at jl. kalibata timur I no 30 jakarta. Follow: @Almosstudio
MORFEM DATANG SEMUA SENANG