Monkey To Millionaire Berubah

Thursday Noise Vol 11

Setiap band pasti melewati fase perubahan dalam proses berkaryanya. Ada yang semakin abstrak. Ada yang merubah warna musiknya. Ada yang mengikuti selera orang banyak. Ada yang berusaha mendewasa. Dan macam-macam fase lainnya. Biasanya setelah melewati fase ini sebuah band akan menemukan jati diri barunya. Atau ada juga yang frustrasi dan kembali ke konsep awal.

Nah Monkey To Millionaire sedang dalam fase me-rumit dalam karya-karyanya. Kita tak akan menemukan gaya seperti Replika atau Satu Nama di album terbaru mereka Tanpa Koma (2017). Progresi chord semakin kompleks. Whisnu juga berusaha keluar dari gaya bernyanyi lamanya. Untuk penggila album Lantai Merah dan Inertia mungkin akan berusaha mengulang-ulang album ini sampai mendapatkan selah untuk bisa menikmati dan larut didalamnya.

Single Kekal tetap yang paling catchy di album Tanpa Koma. Refrainnya menebar racun yang abadi. Coba lo rasakan dari bait .. menuju kemana, dari sini ku tanpa arah…lalu memarau hingga terjun bebas di refrain. Aaaah menanjak haru kita di sana dan lepas. Nomor lain yang patut disimak lebih dulu adalah Tular dan Kasta Putih.Dan patut di catat semua lagu di album Tanpa Koma berbahasa Indonesia. Ciamik

Hal yang menarik dari album Tanpa Koma adalah nomor-nomor akustiknya. Mengetuk Hati Benalu patut disimak. Gue sih males menyebut ini pendewasaan. Tapi gaya ini lain banget dari kebiasaan Monkey To Millionaire. Makin mendalam. Dan penulisan lirik Whisnu pun semakin menjejak dan membumi. Bisa dong kita menyombongkan diri dengan menyebut: Nih band alternatif Indonesia, Monkey To Millionaire!

Tanggal 6 April 2017 adalah penampilan ketiga Monkey Millionaire di Thursday Noise. Kali ini dalam rangka merayakan dilepasnya album ketiga mereka Tanpa Koma.

Dari Rules And Policy, Replika, Senja Membunuh, Kekal, sampai Mengetuk Hati Benalu..sepertinya gue penggemar Monkey To Millionaire.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Jimi Multhazam 2025 by Devision