Ketika sedang liburan tahun baru di Bogor gue di kejutkan dengan khabar kepergian seorang Pengamat Musik/Abang/Kawan bernama Denny Sakrie. Maaf jika kala itu gue menganggap ini masih hoax. Tapi setelah gue tanya sana sini berita ini benar adanya. 3 Januari sekitar pukul 12 siang Denny Sakrie tutup usia, meninggalkan kita semua.. gue sekedar ingin mengenang beberapa kejadian yang paling berkesan bersama beliau.
Awal perjumpaan gue dengan beliau adalah ketika The Upstairs diwawancarai di program radio Music Box, Delta FM. Program yg di siarkan di 10 kota jaringan radio Delta dan Female FM ini di pandu oleh Denny Sakrie. Kalo gak salah kejadiannya di 2006.
Gue selama ini hanya tau Denny Sakrie dari tulisannya. Dan dia bagi gue adalah wartawan musik senior. dan sebagai band yang baru mletek, karya kita di ulas wartawan senior itu girangnya setengah mati. Dan kesempatan wawancara dengan beliau gue sambut dengan antusias. Terimakasih untuk Wendi Putranto, manager The Upstairs yg menjebatani pertemuan ini.
Obrolan malam itu makin nyambung ketika doi bercerita tentang album Yockie Suryaprayogo, Punk Esklusif. senang sekali gue bisa mendengar lagu dari album ini berkumandang di radio dan di tahun 2006 pula. gue lihat personil cewek The Upstairs mulai terkantuk-kantuk. Kubil dan Alfi sudah asem dan mencari ruang rokok. Beni melipir. Akhirnya siaran ini jadi tinggal gue berdua aja ngobrol di udara. Nice-Nice Nice hahaha.
Gue lupa bulan apa kejadiannya, Yang pasti di tahun 2014. gue selalu bercerita kepada Denny Sakrie tentang betapa penasarannya gue dengan lagu Joni Teler milik Junaedi Salat. Akhirnya beliau bela-belain bawa plat album ini ke Blok M Square. lalu kita nebeng muter di salah satu kios di sana. Aaaaaah suasana ini nikmat sekali. Walau ternyata lagu ini gak sekeren ekspektasi gue seperti ketika gue denger waktu SD, tapi pertemuan ini keren sekali. Walau tetep Denny Sakri setelah nyetel album ini slangsung nyela gue dengan becandaannya. “Tuh kan gue bilang, lagunya mediocre aja. Lu aja yang penasaran”. Ah bodo judulnya keren ini band, Joni Teler! Buat anak SD jaman pertengahan 80an hal ini udah shocking. dan ternyata reff yg gue tunggu jarang di putar hahaha. (jadi pengen gue cover ini lagu jadinya)
Album ini adalah album Genesis terburuk buat Denny Sakrie. Tapi karena gue masa kanak-kanak ketika album ini hits, maka penilaian gue jadi sebaliknya. Setiap gue siaran di Ruru Radio, gak lupa gue puterin Invisible Touch dan gue tweet sebagai lagu favorit Denny Sakrie. Beliau pasti membalas singkat “Fitnah” hahahhaha
Cerita ini hampir sama dengan Invisible Touch. Beliau selalu terpingkal-pingkal mendengar cerita gue dengan om gue tentang lagu ini. Untuk penggemar Herbie lagu ini mungkin biasa saja. Tapi waktu SD gue lihat konser lagu ini ada Break Dance Windmillnya di part DJ scratch. Kereeeen, bagi beliau aaah komersil itu hahahahaha.
Selasa 30 Desember 2014, gue bersama istri meluncur ke Blok M Square mencari album Journey ini untuk kado pernikahan kawan. Di sana gue ketemu bang Denny. Seperti biasa kita pasti berkelakar. Gue utarakan album apa yang gue cari. Lalu dia berceloteh:
Denny: Orang tua nyarinya album tua ya?
Gue: Kalo gue tua, trus nyebut lo apa dong?
Denny: Lho gue kan udah stop di usia segini…
lalu kami berdua pun tertawa
Ternyata kejadian itu adalah terakhir kalinya gue jumpa dengan kawan/abang/pengamat musik favorit di Indonesia. 4 hari kemudian gue mendengar khabar wafat beliau. Begitu cepat tanpa aba-aba…
Selamat jalan bang, mohon maaf atas becanda gue yang suka kelewatan sama elo. Terimakasih atas segala ilmu yang telah elo berikan tanpa pelit sedikitpun kepada gue. Akan sulit lagi bagi gue bertemu wartawan senior bisa di ajak seenak jeplaknya ngobrol sampe lupa waktu.
Sekali lagi terimakasi bang Denny Sakrie, love you always 🙂