Rumahsakit 1+2 = Rame Bener

Awalnya gue denger khabar Rumahsakit rekaman lagi, justru dari penjaga toko CD di Musikplus. Djohan Cash namanya. Masih awal tahun 2012 waktu itu. Katanya akan di rilis Bravo Musik. Kalo mendengar nama rumahsakit di sebut otak gue langsung flasback ke tahun 2000an (kalo lo pengen tahu isi kepala gue tersebut klik saja ini). Gile juga ini berita. Sempet gue kira ngibul itu anak. Ternyata di penghujung tahun 2012 cerita itu terkuak.

12.12.12
Gue hadir di perayaan rilisnya album comeback mereka 1+2. Di Ecletic Bar, Cilandak Town Square. Jaksel. Gila itu acara rame bener. Jam 21:00 tiket ludes aka sold out! Dan masih ada puluhan orang yang antri ingin masuk ke dalam gedung. Sampai di dalam CD tinggal sedikit dan Tshirt ludes. Ini pertanda Rumahsakit memang masih di tunggu.

Setelah minta tanda tangan ke tiap personil, gue ngetekin tempat paling pas buat nonton, di tengah. Lagu pertama di buka dengan Hilang. Terbayang dong ketika roll drumnya masuk suasana berubah jadi seperti apa. Merinding-boy gue. Semua orang singalong. Lalu lagu-lagu berikutnya mereka masih memainkan lagu lama. Loh kok jadi kayak nostalgia? Lalu gue merogoh CD mereka di tas, dan melihat di tracklistnya. Ternyata malam ini bener-bener nostalgia. Mereka merekam ulang 8 lagu lama dan 4 lagu baru. Di tengah-tengah setlist ada lagu yg sangat catchy bernuansa Happy Monday. Kayaknya lagu ini bakal jadi track favorit gue. Lalu gue kembali larut di suasana sampai terakhir melihat Andri Lemes udah di angkat di atas penonton ketika membawakan Pop Kinetik. Sampai malam itu gue rasa bobot badannya gak berubah 1 ons pun.

Selesai show sudah sulit menemukan mereka. Fans mereka sudah berkerubung menutupi mereka. Setelah kongkow-kongkow dengan wajah-wajah lama. Gue berpamitan pulang. Bersyukur dapet Taxi yang ada player CDnya. Perjalanan Citos Cinere di isi dengan lagu rumahsakit. Dan ketika track ke 3, supir taxi nyeletuk. “Lagu yang ini enak mas”. Wih, tandanya single single Bernyanyi Menunggu bisa di terima segala lapisan masyarakat nih hehe. Awalnya gue sempet mendengar lagu ini di radio gue. Sempet gue tanggapi biasa. Tapi setelah gue lihat video klip buatan Syauqi Tausikal baru penilaian gue berubah. Di situlah letak kehebatan Video, bisa merubah presepsi pendengar Audio. Dan dalam perjalanan baru gue tau judul lagu yg mencuri perhatian gue ternyata berjudul Sirna. Sampai di rumah gue sempet memutar sekali lagi album ini sebelum tidur. Dan memasukkan semua ke MP3 player gue.

Setelah berhari-hari gue denger. Sirna memang yg paling sering gue puter ulang. Baru berikutnya Bernyanyi Menunggu. Kalo lagu lamanya? Hmmm.. Vanco cukup sukses membawa mereka mendekati versi lamanya. Tapi masalahnya album Nol Derajat itu terlalu akrab detailnya dengan kuping gue. Dosa mereka di Kuning adalah memenggal bagian “masih kucari tetap tak kutemui | palingkanlah wajah manis | tunjukkan eloknya kehangatan pesona” Karena pada kalimat itulah theater of mind gue makin di manjakan. Dan menanjak menuju klimaks di refrainnya. Dan untuk lagu Anomali statusnya sudah gatot lah. Versi lamanya terlalu keren untuk di kejar. Tapi gak bijak kalo elo membandingan versi lama dengan versi remakenya. Gak mungkin persis toh. Kalau gak ada lagu remake mungkin ICU 12.12.12 bisa gak seheboh kemarin. Lagi pula banyak yg sudah kehilangan album-album awal mereka. Bisa di bilang 1+2 adalah album yang pas buat mereka yang rindu lagu-lagu rumahsakit. Dan album yang pas buat generasi yang baru mulai menyelami rumahsakit. Tapi kalo di penulisan lirik. Gue jadi curiga. Jangan-jangan bukan Lemes yang nulis nih. Ah masa bodoh! Selamat datang kembali rumahsakit. Lagu-lagu baru kalian tetap apik nian di telinga gue 🙂

logo morfem
Booking Contact: 0815 89 86 915
Morfem CD and Merchandise click here
Follow Us on Twitter: @morfem_band
Morfem Supported by:
Radix Guitars
Monochrome Denim
Morfem 2nd Album Recorded at ALMOS, a small recording studio at jl. kalibata timur I no 30 jakarta. Follow @Almosstudio
MORFEM DATANG SEMUA SENANG


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Jimi Multhazam 2024 by Devision