Album Terbaik Iwan Fals, Belum Ada Judul ’92

Iwan Fals sudah mencicipi beragam musik, dari Folk / Country bersama Willy Soemantry, Pop Rock bersama Ian Antono dan ngeband bareng Swami, Kantata Taqwa dan Dalbo, dan kembali (lebih) sederhana dengan Gitar dan Harmonica di album Belum Ada Judul ’92. Nah iki! album favorit gue. Gak perlu pengiring macam-macam. Gue cuma mau dengar Iwan Fals, gitar dan yang pasti celotehannya.

Thank you buat Bravo Musik dan SKI records yang mereissue album klasik ini ke dalam bentuk CD. Walaupun track pertama ngegeol seperti kaset sering di rewind. Walaupun gak ada keterangan kapan di mana direkam. Siapa yang mixing, siapa producernya. Siapa pemain gitar tambahannya, atau cuma Iwan fals sajakah? Dan yang cukup mengganjal adalah remake cover yang seadanya. Burem boss. Mustinya Brafo Musik melihat desainer-desainer muda yang menggarap album The Milo, L’Alphalpha, Bangkutaman dan ehm Morfem. Jadi seharusnya CD ini bukan sekedar di beli, di grab datanya dan di buang covernya. Tapi bisa di koleksi dan menjadi barang keramat kelak.

Tapi di luar kekurangan-kekurangan tadi. Gue bisa menikmati lagi lagu-lagu keren jaman gue remaja. seperti belum Ada Judul,Besar dan Kecil, Iya atau Tidak, Mereka ada di jalan, dan Di Mata Air Tidak ada Air Mata. Setiap susunan kalimat mendaki klimaks di tiap refrain dan ending lagu.

Waaah kalo soal lirik Iwan Fals memang keren. Beberapa bait favorit gue…

Iya Atau Tidak
Bila hanya diam aku tak tahu
Batu juga diam, kamu kan bukan batu

Mereka Ada Di Jalan
Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak Bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara Kita di sini
Di Jalan ini

Di Mata Air tak ada Air Mata
Di tengah lagu suara ku hilang
Karena hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku
Mengoyak paksa Nurani
Jauhkan jarak pandangku

Dan ini adalah lagu yang tak bisa gue potong satu bait pun. Track paling emosional. Bahkan Westerling pun akan menangis dengar lagu ini…

Belum Ada Judul
Pernah kita sama-sama susah
Terperangkap dinding malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
di gilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat Mimpi yang indah…lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah…kau
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara
di hati…
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku…sobat

Ampun, gue jadi inget mendiang sobat gue…Patar Ganesha Naiborhu

😦

Miss You My Friend

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Jimi Multhazam 2024 by Devision